Selasa, 22 November 2011

Fenomena Nasionalisme pada Sea Games

26th Southeast Asian Games
Sumber Gambar
Pada tanggal 11 - 12 November 2011 ini , Indonesia dipercayakan sebagai tuan rumah penyelenggara Sea Games yang ke-26 . Event akbar yang dilaksanakan di Jakarta dan Palembang ini membawa dampak sosial yang besar bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sekolah –  Sekolah di Jakarta dan Palembang diliburkan selama penyelenggaraan acara ini. Orang – orang menghabiskan waktu luang mereka untuk menonton para Atlit Indonesia untuk bertanding melawan Atlit negara Asia Tenggara lainnya. Infrastruktur kota Jakarta dan Palembang dibangun dan diperbaiki untuk menyambut dan mengakomodasi delegasi dari negara asia tenggara lain. Ribuan orang diikutsertakan untuk menyukseskan  penyelenggaraan Sea Games ini.

Event Sea Games ini membawa suatu fenomena, dimana sebuah kata bernama “Nasionalisme” menjadi topik yang hangat diperbincangkan.Melihat Hal ini secara positif  dapat kita pandang sebagai suatu bentuk rasa Nasionalisme yang ada di dalam diri rakyat Indonesia, yang kembali muncul dari hiruk pikuk aktivitas sehari-hari . Ini membuktikan kita masih mempunyai rasa nasionalisme kepada tanah air. Lalu apa yang dapat kita pahami dari nasionalisme ?

Sebagian besar masyarakat Indonesia memahami ini sebagai suatu paham yang menunjukkan adanya rasa saling memiliki kepada negara agar dapat menciptakan suatu kedaulatan dalam identitas diri mereka. Misalnya seperti menggunakan produk Indonesia , menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dsb. Dalam konteks Sea Games ini sendiri , nasionalisme diartikan sebagai dukungan masyarakat kepada Atlit Indonesia yang bertanding melawan Atlit negara Asia Tenggara .

Berikut kutipan artikel dari suatu blog tentang suporter bayaran Sea Games  :

“Pertandingan di tiap venue dalam Kompleks Jakabaring Sport City selalu diramaikan suporter tiap negara peserta. Ironi nya, suporter tersebut asli Indonesia yang berasal dari siswa beberapa sekolah di Palembang yang dikoordinir untuk mendukung negara peserta SEA Games.

Kehadiran suporter lokal tampil kompak memakai kaos putih dengan gambar bendera negara yang didukungnya. Pengamatan  di lapangan, para pelajar ini seperti ada yang mengarahkan dan dikoordinir guru mereka masing-masing.

Salah satu pelajar yang ditemui mengaku mereka datang dan mendukung negara lain karena disuruh guru pembimbing mereka di sekolah. "Kami disuruh pak guru memakai kaos Malaysia dan mendukung saat mereka bertanding," ujar salah satu siswi SMP di Palembang.”

Sumber : http://menujuhijau.blogspot.com/2011/11/miris-fenomena-suporter-bayaran-di.html

Dari kutipan berita diatas dapat kita lihat , bahwa disaat banyak orang yang mendukung Atlit negara mereka sendiri , ada beberapa oknum yang dengan sengaja mendukung negara lain atas kepentingan tertentu.  Ini membuktikan  bahwa Nasionalisme itu sendiri hanya sebagai sebuah simbol yang kurang penghayatannya di diri masyarakat Indonesia . Guru yang menyuruh muridnya tersebut untuk mendukung negara lain pasti mempunyai motif tertentu kenapa ia melakukan hal tersebut sehingga dia rela untuk mengorbankan paham Nasionalisme yang ada pada dirinya. Nasionalisme bagi dia dianggap tidak menguntungkan atau paham Nasionalisme yang ada dilingkungan sosial dan masyarakatnya tidak berpihak pada dirinya . Seiring berkembangnya jaman ,paham – paham yang lebih banyak menguntungkan diri sendiri ini lama – kelamaan melunturkan rasa Nasionalisme yang telah dibangun semenjak masa penjajahan Belanda dan Jepang di setiap benak masyarakat Indonesia. Hal yang terjadi sekarang ini ialah rasa “Nasionalisme Instan”  yang timbul karena ada kepentingan – kepentingan terhadap paham tertentu. Dalam konteks Sea Games seperti yang bisa kita lihat , infrastruktur kota mulai dibangun dan diperbaiki ketika ada event yang menyangkut keikutsertaan negara lain. Jika tidak ada event , apa bisa kita pastikan perbaikan infrastruktur ini akan berjalan dengan cepat ?  Apa bisa kita pastikan pembangunan infrastruktur ini memang untuk menunjukkan rasa memiliki dan bertanggung jawab atas negara , atau hanya supaya kellihatan “nasionalis” di mata orang luar ?

 Paham nasionalisme ini juga sering disalahartikan sebagai suatu kewajiban yang absolut bagi setiap orang yang ada di dalamnya yang harus dilaksanakan secara baik atau buruk, hal ini dapat kita sebut “ Nasionalisme Ekstrim” . Akibatnya banyak penyelewengan nasionalisme yang terjadi terhadap nilai-nilai moral universal  . Contohnya pada Event Sea Games ini ialah ketika tim sepakbola dari Indonesia akan memulai pertandingan melawan tim sepakbola dari negara lain. Para suporter Indonesia banyak yang berteriak dan tidak menghormati ketika Tim sepakbola negara lain menyanyikan lagu kebangsaan negara mereka. Di forum internet, Banyak orang Indonesia mencemooh orang lain yang mendukung negara lain karena kepentingan tertentu. Apakah paham “Nasionalisme Instan” dan “Nasionalisme Ekstrim” ini mau tetap kita pertahankan untuk kedaulatan negara Indonesia ?

Apa yang terjadi dalam Sea Games di Indonesia ini merupakan bukti bahwa masyarakat kita masih belum matang untuk mengemban rasa nasionalisme dengan baik. Rasa nasionalisme diartikan secara sepihak , dijadikan batu acuan terhadap kepentingan- kepentingan kapitalis. Terlepas dari hal positif dan negatif yang terjadi selama penyelenggaran Sea Games itu sendiri , yang perlu kita simpulkan ialah Nasionalisme itu sendiri tidak dapat berjalan dengan baik kalau hanya timbul secara “Instan” atau berjalan lama dengan “Ekstrim” . Kita sebagai orang Indonesia harus memulai  mempelajari , mengerti dan mengamalkan rasa Nasionalisme yang baik sehingga pengaplikasiannya dalam kehidupan sosial sehingga tidak bertentangan dengan nilai- nilai yang ada . Lalu apakah ada standar agar nasionalisme yang kita terapkan dalam kehidupan sesuai dengan nilai – nilai dan norma yang ada di masyarakat ? Kembali kepada Pancasila . Pancasila , merupakan arti dari nasionalisme masyarakat Indonesia yang sebenarnya yang menjembatani paham – paham yang ada . Tanpa Pancasila mungkin masyarakat Indonesia akan hidup dalam paham – paham yang berbeda.

Kesimpulannya , Kitalah yang akan mewariskan nilai – nilai nasionalisme yang kita emban kepada generasi Indonesia berikutnya . Mari kita jadikan nasionalisme yang berlandaskan pancasila sebagai gaya hidup bermasyarakat bukan hanya tren sesaat .

Yosua Marthin
1102001029

Tidak ada komentar:

Posting Komentar