Selasa, 22 November 2011

Multikulturalisme VS Nasionalisme ?


http://deniseleeyohn.com/bites/wp-content/uploads/2011/11/culture.jpg
Sumber Gambar
Dua hal yang sangat luar biasa dan unik dari Indonesia ialah, Indonesia merupakan suatu negara yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku, ras , agama dan kepercayaan yang kombinasi dari semuanya ini melahirkan banyak budaya – budaya yang saling overlapping satu sama lain . Kondisi masyarakat heterogen seperti ini menciptakan suatu paham Multikulturalisme . Hal yang kedua ialah , masyarakat Indonesia dibangun oleh sebuah identitas dan cita – cita bersama ; lepas dari penjajahan untuk memperjuangan kemerdekaan Indonesia dan membangun negara Indonesia. Hal ini menyebabkan mereka mengacuhkan asal –usul budaya mereka untuk memperjuangkan kepentingan bersama untuk menjunjung tinggi rasa Nasionalisme .

Terlepas dari dua hal ini , tentu saja pengaplikasian masyarakat akan paham Multikulturalisme dan Nasionalisme ini tidak berjalan dengan seimbang . Tidak semua orang dapat menyatukan kedua paham ini dalam nilai- nilai budaya yang ada pada dirinya. Berikut ialah pembahasan secara general tentang Multikulturalisme dan Nasionalisme di Indonesia.

Multikulturalisme ialah suatu paham dimana semua keragaman yang ada baik itu suku , ras dan agama dianggap dan diperlakukan sama oleh suatu wadah yang menjembataninya yaitu negara. Indonesia yang notabene terdiri dari banyak kombinasi pola suku , ras dan agama ini harus mempunyai landasan Multikulturalisme yang kuat di dalam diri masyarakat . Batu loncatan yang telah dilakukan oleh pendahulu kita ialah membuat suatu ideologi bernama Pancasila untuk menyatukan semua keragaman ini dalam suatu konsep kesatuan berbangsa dan bernegara dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.  Konsep ini yang membuat Indonesia dapat bertahan sampai sekarang dalam menghadapi segala konflik yang terjadi . Karena ,mau tidak mau negara yang menganut paham multikulturalisme akan mengalami pertentangan antar kultural di dalamnya . Ini disebabkan ada beberapa budaya yang mempunyai dominansi lebih besar daripada budaya lain . Walaupun dianggap sama di mata negara , secara kontekstual tetap saja sulit untuk dilaksanakan . Budaya yang mempunyai dominansi lebih besar secara sadar akan mempunyai naluri untuk menyebarkan nilai- nilai budaya mereka , dan budaya – budaya yang mempunyai dominansi lebih kecil akan secara naluriah mempertahankan nilai yang ada pada diri mereka. Tanpa adanya toleransi atau asimilasi antar budaya yang ada dapat menyebabkan konflik yang bisa meledak dan merambat dengan cepat. Contohnya ialah pada konflik budaya tari pendet malaysia dan Indonesia. Karena budaya ini lebih mendominasi di Indonesia daripada di Malaysia , maka perebutan aset budaya ini menjadi perang mulut yang meledak dengan cepat . Menimbulkan kebencian di masing-masing pihak . Contoh lainnya ialah pada konflik Ambon dan Poso , dimana tidak hanya melibatkan pertentangan antar suku tetapi juga lintas agama (Kristen dan Islam) . Hal ini terjadi karena masing masing kubu tidak mau kehilangan dominansi mereka di wilayah tersebut.
              
Lalu bagaimana dengan Nasionalisme ? Seperti yang dijelaskan sedikit di atas bahwa Nasionalisme itu sendiri timbul karena adanya rasa tanggung jawab bersama dikarenakan cita-cita dan nasib yang sama . Nasionalisme ini sendiri sebenarnya  puncak dari kehidupan berbangsa dan bernegara itu sendiri tetapi dengan menghilangkan paham – paham keragaman yang ada. Ibaratnya kalau multikulturalisme itu buah-buahan dan sayur-sayuran yang berbeda disatukan menjadi salad. Nasionalisme itu sendiri ibarat buah-buahan dan sayur-sayuran yang berbeda disatukan menjadi jus . Pada salad masih dapat terlihat jelas perbedaan buah / sayur yang satu dengan lainnya. Tetapi pada Jus ? semuanya benar – benar suatu sensasi baru . Mulai dari rasa , warna dan bau akan berbeda atau condong kepada rasa ,warna dan bau tertentu . Begitu juga dengan nasionalisme , akan menghasilkan sebuah kultural baru yang merupakan asimilasi dari budaya – budaya yang ada. Dan akan ada dominansi budaya yang lebih besar yang akan memberi  “rasa” dan “warna” sehingga dapat mewakili nilai antar kultural.  Sama dengan kasus Multikulturalisme , tidak semua orang mau menerima konsep ini secara alam bawah sadar mereka. Walaupun sama – sama  tinggal , hidup dan mencari nafkah di Indonesia . Orang – orang akan lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka terlebih dahulu , dan kepentingan nasional itu hanya sebagai optional semata jika kepentingan kelompok terpenuhi . Penyimpangan yang terjadi contohnya ialah tidak meratanya pembangunan di Indonesia baik secara infrastruktur , ekonomi dan pendidikan demi mencapai negara Indonesia yang maju.

Lalu , mana yang harus kita utamakan untuk menjadi masyarakat Indonesia yang dapat membangun negara kita ini dengan baik ? Apakah kita lebih mengutamakan paham Nasionalisme daripada Multikulturalisme , atau sebaliknya ? Dalam masalah ini yang perlu ditekankan bahwa antara dua paham ini tidak ada yang absolut benar ataupun absolut salah. Semuanya bersifat relatif dan kontekstual . Perlunya multikulturalisme ialah supaya menjaga keunikan dan kekayaan dari budaya-budaya yang ada di Indonesia , untuk membuktikan kepada orang luar kita ialah negara demokrasi yang mempunyai identitas yang patut diakui dan dihargai ditengah keragaman yang ada. Perlunya nasionalisme  untuk diamalkan juga untuk menjaga rasa cinta kita terhadap tanah air sebagai tempat kelahiran dari budaya – budaya yang beragam . Tentunya kedua paham ini harus dijalankan dengan nilai- nilai kemanusiaan yang baik sehingga tidak terjadi ekstrimisme yang merugikan banyak pihak . Tinggal diri kita sendiri untuk menentukan kadar – kadarnya yang baik dan mengeksekusinya dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia yang dinamis.

Yosua Marthin
1102001029

Tidak ada komentar:

Posting Komentar